KAJIAN ISRA’ MIKRAJ DI SMAN 10 SEMARANG KENALKAN JALUR LANGIT KEPADA GEN-Z
Semarang (07/02/2024) peringatan Isra' Mi'raj di SMAN 10 Semarang menghadirkan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzpreneur "Jamaatul Muslimin" dari Gunungpati Semarang, Sayyid Ahmad Munif Bilikhlas Al-Umarsaidi Al-Jawi sebagai pembicara. Acara kajian bertempat Masjid Rahmatan lil Alamin.
Tepat pukul 09.00 WIB kegiatan kajian yang mengambil tema "Membangun Karakter Gen-Z melalui Solat Lima Waktu" dimulai dengan penampilan rebana dari Ekstrakurikuler Rebana Al-Asyir.
Dalam sambutannya Kepala SMA Negeri 10 Semarang, Akhirul Fathoni, S.E. mengajak para siswa untuk senantiasa meneladani kisah dan semangat isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW. Selain itu beliau juga berpesan untuk menjaga oleh-oleh dari peristiwa isra’ mi’raj, yaitu menjaga shalat lima waktu.
Sayyid Ahmad Munif Bilikhlas Al-Umarsaidi Al-Jawi mengawali ceramahnya dengan bertanya siapa yang yatim. Dilanjutkan mengisahkan perjalanan hidup Nabi yang sudah yatim sejak di dalam kandungan ibunya. Setelah 6 tahun menjadi yatim piatu dan dirawat oleh Sang kakek, Abdul Mutholib. Dan selanjutnya diasuh oleh pamannya, Abu Tholib karena Sang Kakek juga meninggal dunia.
Banyaknya peristiwa menyedihkan yang dialami Nabi Muhammad SAW pada tahun itu, yang dalam sejarah dikenal dengan sebutan "Amul Huzni" yang artinya tahun kesedihan. yaitu meninggalnya Sang Paman dan Sang Istri tercinta yang selama ini mendukung dakwah beliau. Kemudian Allah SWT menghiburnya dengan sebuah perjalanan agung Isra’ Mi’raj yang memperjalankan Beliau dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsa Palestina dan lalu ke Sidratul Muntaha langit ke tujuh. Dari peristiwa inilah Nabi memperoleh perintah shalat lima waktu.
Tak lupa beliau juga menyinggung masalah melekat pada Gen Z saat ini, diantaranya adalah suka baper, labil, tidak bisa memfilter informasi, tidak mau berusaha namun ingin hidup enak, dan takut besok tidak bisa makan.
Oleh karena itu, Gen Z perlu menjaga shalat yang merupakan jalur langit untuk meraih kesuksesan. Selain itu, Ustazd Sayyid Ahmad Munif Bilikhlas Al-Umarsaidi Al-Jawi juga menyebut bahwa shalatlah yang menjadi pembeda antara manusia dan iblis. Dan dalam shalat itu terdapat rukun Islam lainnya yang merupakan terjemahan bebas dari shalat itu tiang agama. Siapa yang mendirikan shalat, maka dialah telah mendirikan agama, dan siapa yang meninggalkan shalat, maka dia telah merubuhkan agama Islam. ( Tasya, Anisa, Chesa/MBD)
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini