SAAT DIAJAK BERMAIN DRAMA, PAK MULYADI: MENGGUGAH JIWA MUDA
Ada yang berbeda dalam pementasan drama kelas XI dalam rangka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Tampak sesosok pria tinggi besar ikut menjadi aktor dalam pementasan. Pria berkumis tebal dengan seragam putih abu-abu tersebut bukanlah siswa seperti pemain lainnya.
Iya. Sosok yang turut serta dalam pementasan drama tersebut adalah Pak Mulyadi. Beliau merupakan salah satu guru di SMAN 10 Semarang. Pendidikan Pancasila adalah mata pelajaran yang diampunya.
“Bisa ikut bermain drama dalam proyek P5 ini adalah sebuah kehormatan. Sekaligus menggugah jiwa muda yang lama terpendam,” ujar Pak Mulyadi dengan penuh gairah saat diwawancara. “Saat muda, di Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, setiap tahun menggelar pertunjukan wayang orang maupun kethoprak. Saya selalu ambil peran menjadi pemainnya,” lanjutnya.
Berbeda dengan Pak Mulyadi, ada sosok guru lain yang juga ikut dalam pementasan, yaitu Pak Azis. Jika Pak Mulyadi berperan sebagai siswa, Pak Azis berperan sebagai wali kelas. Pria berkaca mata itu sempat ragu untuk ambil bagian dalam pementasan. Ia pernah melontarkan keinginannya supaya dicarikan pengganti kepada sutradara dan pimpinan produksi.
“Saya itu pelupa. Dengan banyaknya adegan dan dialog untuk pemeran wali kelas membuat saya khawatir. Walau dulu juga pernah bermain kethoprak saat menjadi mahasiswa, namun ada ketakutan tidak bisa tampil sesuai harapan,” ungkapnya
Drama yang mengangkat tema anti bullying ini dipentaskan dalam Gelar Karya P5, Kamis, 25 April 2025 di lapangan sekolah. Panggung besar terpasang di sebelah timur lapangan guna mementaskan lakon berjudul Aku Sama dengan Kalian.
Menceritakan siswa yang bernama Idi (diperankan oleh Khansa Dafarina Aryadiva) adalah siswa yatim, yang bapaknya sudah meninggal. Ia tinggal hanya dengan ibunya. Untuk membantu keuangan keluarga dan menambah uang saku, ia berjualan makanan di sekolah.
Idi adalah siswa yang rajin dan cerdas. Ia mampu membagi waktu untuk belajar dan berjualan. Selain rajin dan cerdas Idi juga siswa yang mudah memberikan bantuan kepada teman-teman. Terutama pekerjaan rumah (PR) punya Idi selalu dipinjam dan dicontok oleh sebagian temannya.
Namun ia tetap mendapatkan tindakan bullying dari temannya yang menyebabkan HP yang berisi foto-foto kenangan bersama Sang Bapak rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi. Mendapat perlakuan yang seperti itu, Idi mencoba bunuh diri. Di akhir cerita, teman-teman Idi yang membulinya meminta maaf dan mengganti HP-nya yang rusak.
Kehadiran Pak Mulyadi yang berperan sebagai salah satu siswa menjadi magnet tersendiri dalam pementasan. Bahkan setiap kemunculannya selalu mendapatkan teriakan dan tepuk tangan dari penonton. (AA)
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini